Pernahkah kamu merasakannya? Apa yang kamu rasakan?
CINTA satu kata yang amat menusuk hati hingga bagian terdalam. Memberi kesan yang tak dapat dilupakan. Menggairahkan & memikat hati. membuat kita tersipu-sipu, senang juga salah tingkah. Memberi kehangatan dalam dingin & kesejukan waktu panas. CINTA seakan-akan milik kita hingga tak ingin kehilangan. Tak mudah didapat juga tk mudah dilepas apalagi dilupakan.
CINTA seakan memiliki kemurnian yang suci tiada bercela. Keindahan CINTA bukanlah abadi. Sakitnya CINTA juga tiada banding. Pernahkah kamu merasakannya? Bagaikan ditusuk duri yang tajam hingga menimbulkan luka yang amat sangat perih. Hanya satu yang dapat mengobatinya, yaitu CINTA itu sendiri.
5 huruf perlu kamu ingat:
C I N T A
Saturday, May 17, 2008
C I N T A
by rara at 5/17/2008 09:06:00 AM 1 comment
Saturday, May 10, 2008
Maz 103:13
"Ma, aku pergi!" Thalia berteriak dari teras rumah.
"Hei, kamu belum sarapan loh!" kata Mama. Tapi Thalia keburu menghilang dengan motornya.
"Pa, gimana dengan Thalia? Dia mulai urakan sekarang. Omongan Mama juga selalu dibantah. Mama takut nih! Gimana kalau dia terpengaruh teman-temannya? Mending kalau pengaruh baik. Kalau jahat?" kata Mama. Keluarga Thalia rajin beribadah. Kedua orangtuanya terlibat dalam pelayanan di gereja.
"Coba Mama luangkan waktu untuk bicara dengannya. Tapi ingat, jangan menuduh sembarangan. Pancing dia untuk menceritakan semuanya denga jujur. Setelah itu baru Papa yang bicara dengannya. Sekarang Papa pergi kerja dulu." Papa Thalia termasuk orang yang sabar. Dia selalu memperhatikan anak-anaknya dengan mendengarkan curhatan mereka lalu mencoba untuk memberikan solusi. Dengan begitu hubungan kekeluargaan semakin erat.
Waktu terus berjalan hingga malampun tiba. Sudah pukul tujuh malam Thalia belum pulang juga. Mamanya mencoba menelpon ke hape tapi ngga diangkat. Yang dilakukan Mamanya hanya berdoa. Perasaan seorang ibu memang sangat kuat apabila terjadi sesuatu pada anaknya. Begitulah yang dialami Mamanya Thalia saat ini. Walaupun Papa Thalia sudah berulangkali menenangkannya tapi ngga ampuh juga.
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan pagar. Thalia turun lalu segera masuk ke rumah.
"Kamu darimana saja Lia? Pulangnya kok malam sekali? Apa ada kegiatan?" tanya Mama.
"Oh..eh... Ya gitu deh! Maklumlah, pengurus inti OSIS. Papa sama Mama ngapain di teras? Udah pada makan?" Thalia terus dengan kebohongannya. Sebenarnya tadi siang ngga ada kegiatan di sekolah. Thalia main ke rumah temannya.
Semakin hari sikap Thalia semakin aneh. Selalu pulang malam dan berbohong. Kedua orangtuanya merasakan kalau ada sesuatu yang ngga beres pada Thalia. Malam itu kedua orangtua Thalia mengajaknya ngobrol di ruang makan.
"Thalia, sebetulnya kamu kemana saja sampai pulang malam-malam? Kegiatan apa sih yang bikin kamu sesibuk itu?" tanya Papa.
"Duh, kan udah Lia kasih tau. masih kurang jelas ya?" jawab Thalia.
"Tapi kok tipa hari?" tanya Mama.
"Dijelasin juga Mama ngga ngerti!" jawab Thalia lagi.
"Kenapa tidak? Papa dan Mama akan mencoba untuk mengerti. Apa kamu bohong sama Papa dan Mama, dan kamu ngga mau Papa dan Mama tau?" kata Papa.
"Papa apaan sih? Masa Lia dibilang bohong? Udah ah, Lia mau tidur! Ngantuk banget ni!" Thalia pergi ke kamarnya.
"Tuh kan... Apa Mama bilang! Dia selalu kasar kalau ditanya. Sepertinya ada yang disembunyikan dari kita Pa," kata Mama Thalia.
"Sudahlah Ma, jangan dipaksakan. Tuhan lebih tau. Jadi serahkan saja sama Tuhan. Mama harus sabar tapi tegas. Sekarang Mama tidur dulu. Papa masih mau kerja, tadi di kantor belum selesai," kata Papa Thalia. Sebetulnya dia juga khawatir akan perubahan putri bungsu satu-satunya itu. Dia tau bagaimana seorang anak itu berbohong. Tapi dia ngga mau marah-marah. Itu malah memperburuk keadaan.
Sore itu terjadi pertengkaran hebat antara orangtua dan anak. Thalia ingin pergi tapi Mamanya tidak mengizinkan. Ketika ditanya mau pergi kemana Thalia hanya diam. Ditanya sekali lagi, katanya mau ke pesta ultah teman. Tapi nada bicaranya kasar.
"Mama kenapa? Ada apa Ma? Kok nangis?" tanya Papa Thalia begitu pulang dari kantor. Mama Thalia menceritakan apa yang terjadi sorenya sambil menangis. Setelah itu mereka berdoa, memohon pada Tuhan agar menjamah hati Thalia yang keras
Sementara itu Thalia dan teman-temannya sedang bersenang-senang. Semuanya berpasangan, tanpa terkecuali. Thalia goyah dan terjatuh. Tanpa disadari dia telah terpengaruh teman-temannya.
"Tika, ngeliat Tommy ngga?" tanya Thalia pada temsnnys.
"Ngga tau tuh!" jawab Cantika.
Thalia nyariin Tommy sampe ke segala sudut tapi ngga ketemu juga. Ngga mungkin Tommy pergi ninggalin dia tanpa pamit dulu. Thalia masuk ke dalam rumah dan mencari Tommy di segala ruangan.
"Tommy, kamu dimana?" Thalia bicara sepaerti orang linglung.
"Li, klo ngga salah tadi Tommy ke kamar gw deh. Kaar gw di ujung situ. Ngga tau mau ngapain. Ntar juga balik kok," kata Rei, pemilik rumah itu. Thalia pergi ke kamar Rei dan mengetuk pintu.
"Masuk!" Terdengar suara orang di dalam.
"Tommy? Kamu kemana aja sih? Dari tadi aku cariin tau! Ngapain di kamarnya Rei?" tanya Thalia.
":Aku mau ngambil sesuatu. Sorry deh ngga ngasih tau. Bantuin aku nyari dong...' kata Tommy. Thalia nurut aja. Dia hanya tau kalau Tommy adalah orang yang baik dan pengertian. Tapi sayang itu cuma topeng. Tiba-tiba Tommy meluk Thalia dan mendorongnya ke tempat tidur. Saat dipeluk Thalia biasa aja. Tapi setelah tau apa yang akan dilakukan Tommy kemudian dia segera teriak dan meronta-ronta melepaskan pelukan Tommy lalu pergi dari tempat itu. Temannya sempat menahan Thalia. Tapi dia berkeras untuk pergi dari tempat itu.
"Tapi Li..." bujuk temannya.
"Ngga! Aku mau pulang sekarang! Minggir!!" Thalia menarik tangannya. Untung langsung ada taxi. Disepanjang jalan Thalia ngga berhenti menangis dan menyesal. Tapi belum selesai masalah yang satu datang lagi masalah yang lain. Thalia ngga ingat betul apan yang telah terjadi. Dia baru sadar ketika dilihatnya sekelilingnya gelap dan dia diikat pada sebuah kursi.
"Nona manis sudah sadar rupanya? Bagaimana? Apa sudah siap?" kata seorang laki-laki yang sempat Thalia kenal. Dia itu supir taxi yang dia tumpangi tadi.
"Apa maumu?" tanya Thalia dengan suara bergetar. Sesungguhnya dia sanagat takut. baru kali ini dia mengalami hal seperti itu. Tapi tiba-tiba mulut Thalia bergerak memanggil nama Yesus.
"Siapa itu Yesus/" tanya supir taxi itu.
"Dialah yang akan menolongku!' jawab Thalia. Sebenarnya Thalia malu sendiri. Selama ini dia udah melupakan Tuhan. Kini, pada saat kepepet dia baru inget Tuhan. Laki-laki tadi tertawa mendengarkan ucapan Thalia. Thalia terus berdoa di dalam hati, walaupun dia juga merasakan takut yang amat sangat.
Rasa takut Thalia bertambah ketika supir taxi itu mulai mendekatinya dan menyentuhnya. Mau menyelamatkan diri ngga tau bagaimana caranya karna tangan dan kakinya diikat. Thalia berusaha mengelak, tapi laki-laki itu malah mencengkeram lengannya. Thalia udah ngga kuat lagi. Dia pasrah aja. Tapi Tuhan selalu memperhatikan anak-anakNya yang membutuhkan pertolonganNya. Tiba-tiba saja ada seorang pria menggunakan jaket dan celana panjang memukul supir taxi tadi dari belakang.
"Kamu ngga apa-apa Nak?" tanya pria tersebut.
"Ya. Tapi kamu siapa? Sedang apa dan mau apa?" tanya Thalia.
"Tenang Nak, saya ini polisi yang sedang dinas malam. Kebetulan saya lewat sini. Coba ceritakan apa yang terjadi," kata polisi itu. Thalia mulai lega. Tadi dia sempat berpikir kalau pria itu orang jahat juga. Thalia menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah itu polisi tadi mengantar Thalia pulang ke rumahnya.
Di rumah...
Orangtua Thalia sedang menungu kepulangan putrinya di teras rumah. Begitu melihat putrinya kembali mereka segera menyambut Thali dan memeluknya. Polisi yang mengantar Thali menjelaskan apa yang telah terjadi dengan Thalia.
"Maaf Ma... Pa..." Thalia merasa malu terhadap orangtuanya.
"Sudahlah! Yang penting sekarang kamu sudah pulang. Asalkan kamu mau berubah itu sudah cukup. Nanti saja kamu cerita lagi ya. Kamu lapar? Makan dulu yuk!" Orangtua Thalia bahakan tidak memarahi anaknya. Thalia malah semakin terharu. Ternyata orangtuanya begitu sayang kepadanya. Semua larangan dan nasihat mereka adalah untuk kebaikannya juga. Dari kejadian ini Thalia mendapat banyak pelajaran, salah satunya adalah sosok seorang Bapa yang sangat sayang kepada anakNya. Orangtua di dunia ini saja sayang pada kita, apalagi Bapa yang di Sorga. Kasih sayangNya melebihi kasih sayang orangtua manapun di dunia ini.
dedicated to: ex Philadelphia (K' Riselly, K' Juni, K' Emma, Victoria, Debora, Joseph & Pap Noah)
by rara at 5/10/2008 05:31:00 PM 0 comment
Subscribe to:
Posts (Atom)