THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Tuesday, April 28, 2009

Cinta atau Uang?

Zaman sekarang banyak hal yg direlatifkan, termasuk cinta. Sering kita dengar, mana yg kamu pilih: Cinta atau Uang? Sering juga kita dengar, mana bisa hidup tanpa uang. Ada juga yg bimbang, klo ga ada cinta ga nyaman. Apa kebahagiaan diukur dengan uang?? Menurutku itu pemikiran yg salah! Coba gunakan pikiran yg bijak & hati yg tulus;
Cinta itu segala-galanya!
Dalam hal ini ga ada istilah "tergantung" atau "relatif", tapi realita. Artikan cinta itu dengan artu yg sesungguhnya. Cinta itu rela, siati ketulusan yg disertai pengorbanan tanpa mengharapkan balasan. Right?
Seorang pria menikahi seorang wanita karena cinta. Sebelum menikahi wanita tersebut si pria pasti mengatakan "aku cinta padamu". Setelah menikah dia harus bertanggung jawab terhadap wanita yg dinikahinya, bahkan keturunan mereka. Sang wanita juga harus bertanggung jawab terhadap pria yg dipilihnya. Masing-masing punya tugas!
Uang?? Itu dicari dengan usaha, dengan kerja keras yang didorong dari rasa cinta itu. Ga akan pernah ada hujan uang kan? Jangan ketipu! Banyak manusia sekarang buta karena kebodohan mereka. Mereka berprinsip "yg penting kaya, punya ini-itu". Cuma kebutuhan badani semata. Tapi kebutuhan jiwa mereka ga terpenuhi. Ujungnya? Stres! Gila! Cerai! Nangisss.... (lebih sering di kalangan wanita). Gimana kalau laki-laki yg mencintai seorang wanita tapiternyata wanita tersebut cuma mengharapkan uangnya? Kecewa! Walaupun dibilang laki-laki itu rasionalis, tapi mereka juga punya perasaan. Kalau perasaan itu terlukai, sakitnya ga ketanggung.
Jadi sekarang, mana yg kamu pilih? Cinta atau Uang?
Berbahagialah kalau kamu mendapatkan cinta itu...

Sunday, April 26, 2009

Weak of LOVE

Aku pernah pacaran dan itu berarti aku normal.
Aku pernah tertarik, suka, cinta sama seorang laki-laki dan itu berarti aku perempuan normal.
Tapi udah cukup lama juga aku ngga menjalin hubungan sama jenis laki-laki yang sering diistilahkan pacaran. Ngga pernah terpikirkan lagi sejak putus waktu itu. Aku merasa jadi orang bodoh waktu pacaran. Aku mau berkorban tanpa pernah minta. Ujungnya perasaan aku dipermainkan. Tapi sejujurnya aku butuh laki-laki. Aku suka ngomong sama mereka yg berjenis laki-laki. Tapi ngga pernah ada niat untuk pacaran.
Entah kenapa sebulan ini aku "haus" akan hal itu. Haus yang berarti aku benar-benar membutuhkan. Aku butuh perhatiannya, suatu hubungan dekat secara emosional & psikologis.
Pasangan hidup? Mungkin itu tepatnya!
Sesuatu udah membuka hati aku untuk hal itu. Aku jadi kangen saat-saat seorang lawan jenis memperhatikan aku, menyayangi aku, jadiin aku penting dalam hidupnya. Apa aku pernah menjadi penting?
Jelas aku menantukannya. Menantikan seseorang yg benar-benar ada untuk aku dan nerima aku. Mungkin ini kebutuhan akan penerimaan yg lebih. Ya, aku mau diterima seutuhnya aku.
Aku perempuan normal! Membutuhkan lawan jenis, perhatian, sentuhan, kehangatan, pelukan, kasih sayang, penerimaan yg tulus tanpa "tapi" dan alasan lain. Tapi kalaupun harus sendiri, aku siap menjalaninya. Aku lemah urusan hati, tapi ketegaran tetap prioritas utamaku!

Tuesday, April 14, 2009

Jatuh-Bangun atau Jatuh-Ga Bangun Lagi?

Aku sering marah & benci sama diri aku sendiri saking seringnya jatuh, apalagi jatuh di lubang yang sama (istilah lainnya melakukan kesalahan yang sama). Aku sering mamaki diri aku sendiri. Hanya orang bodoh yang mau jatuh di kubangan yang dia tau pernah jatuh disitu sebelumnya. Semua orang tau itu...
Tapi makin aku belajar makin aku berpikir, lebih bodoh orang yang jatuh & ga mau bangkit lagi, malah terus tinggal di lubang yang gelap itu.
Aku harap Tuhan ga marah...

Kupinjam Bunga 'tuk Katakan Cinta

“Wuu… Ngga mungkin lo bisa nembak cewe. Banci lo!” ejek teman-teman Erick.

Erick… Cowo yang mulai puber sampai menjelang dewasa gini belum pernah pacaran. Nembak cewe aja belum. Pas ngadain reunian sama teman-teman SMAnya, mereka pada ngejekin Erick.

“Mau jadi perjaka tua lo? Hahaha…” lagi-lagi teman-temannya ngejekin.

“Sial! Bukannya gw ngga bisa, tapi gw ngga mau asal nembak cewe doang,’ Erick membantah.

“Halah… pengecut lo! Klo emang berani coba buktiin sama kita sekarang,” tantang salah satu teman Erick.

“Hah?? Gw mau nembak siapa?” tanya Erick.

Teman-teman Erick maksa terus sampai akhirnya dia melihat seorang wanita yang bikin dirinya terkesima. Kebetulan beberapa meter dari situ ada yang jual bunga. Dengan spontan Erick ke tempat jual bunga itu, ngambil salah satu bunga mawar merah yang udah dihias cantik.

“Eh, mas… Itu bunganya untuk dijual. Bayar dong!” si penjual protes gara-gara bunganya diambil gitu aja.

“Pinjem bentar doang kok!” Erick langsung ngibrit ke sasarannya. Sementara yang lainnya pada bingung sama tingkah Erick yang tiba-tiba ngga jelas gitu.

Napa tu anak?” tanya yang satu.

“Ngga ngerti…” sahut yang lain.

Erick mendekati sasarannya dan…

“Hai… Would you be my girl?”

HAH??! Sadarkah manusia itu? Sang wanita yang disamperin kaget campur bingung. Makhluk mana nih?

“Eh…? Kamu siapa?” tanya wanita ngga dikenal itu.

“Erick… Would you be my girl??” Erick tetap menyodorkan bunga pinjamannya. Malah sekarang make acara berlutut segala. Gila itu manusia!

“Sori, aku ngga kenal kamu! Salah orang kali. Aku harus pergi…” wanita tadi malah pergi ninggalin Erick gitu aja. Kasihannya ditolak… Sementara Erick memandang kepergian wanita tadi, teman-temannya ketawa di belakang.

“Gila lo! Berani juga ternyata. Hahahahaha…..”

“Tapi sarap juga, orang ngga dikenal gitu!”

“Eh, boleh juga cewe tadi. Cantik juga manis. Hebat selera lo, Rick! Hahahaha…” Ngga henti-hentinya mereka ngetawain Erick. Sial! Baru nembak cewe udah ditolak.

“Mas, bunganya…” tiba-tiba seorang wanita mendekati mereka, si penjual bunga.

“Ambil tuh! Ngga butuh!” Erick memberikan bunga tadi lalu pergi. Siapa ya cewe tadi? Namanya siapa? Tinggal dimana? Penasaran…

....

Waktu kembali mempertemukan Erick dan Rose. Mereka ketemu di tempat main tennis. Hobi keduanya sama, main tennis.

“Loh…? Itu kan…” Erick mencoba mengingat-ingat wajah si cewe. “Oh, yang waktu di Cinnamon Plaza. Gw inget sekarang! Ngapain dia disini? Dia masih inget gw ngga ya?” Erick mencoba mendekati Rose, menyapanya dan berbincang-bincang ringan. Ternyata Rose ngga inget sama Erick lagi. Huh… Mesti PDKT nih!

Erick dan rose mulai dekat. Kadang erick nganter rose pulang sehabis main tennis. Klo hari Minggu kadang mereka jalan-jalan. Erick mulai kasmaran sama Rose. Pertama kali dalam hidupnya, Erick ditarik magnet sekenceng itu.

Rose cantik, manis, pinter, enak diajak ngobrol, bisa bikin suasana jadi renyah. Benar-benar tipenya Erick.


Waktu berlalu…

Cerita berlanjut…

Tiba suatu saat Erick mengungkit kejadian di Cinnamon Plaza yang udah lewat.

“Kita pernah ketemu sebelumnya. Kamu inget?” tanya erick.

“Oya? Dimana? Aku cuma tau kita ketemu di Tennis Club,” Rose menanggapi.

“Kamu ngga inget sama Erick?”

“Erick? Itu kan kamu…” Rose tersenyum sambil tertawa pelan. Tawanya itu loh… Menusuk ke hati! Adem…

“Waktu itu kita ketemu di Cinnamon Plaza. Kita belum kenal sama sekali. Waktu itu aku tiba-tiba nembak kamu tapi kamu malah pergi. Kamu bilang ngga kenal sama aku,” Erick mencoba mengingatkan.

“Hah?? Nembak aku? Serius? Ada apa gerangan?” Rose terus ketawa sambil mencoba mengingat. “Um… Aku beneran lupa.”

“Sekarang kamu udah kenal aku, aku juga kenal kamu. Klo aku nembak kamu sekarang gimana? Kamu terima ngga?” tanya Erick.

“Hah??? Hahahahaha…. Be’canda kamu ah!” Rose malah ketawa.

“Serius…” Erick menghentikan ucapannya. Matanya terpaku pada toko bunga di dekat tempat mereka.

“Eh..? Mau kemana Rick?” tanya Rose yang bingung Erick tiba-tiba pergi.

“Sebentar!” Erick mengambil bunga mawar merah yang dihias cantik. Lagi-lagi…

“Hei!! Itu bunga dijual. Bayar dong!” kata si penjual bunga.

“Pinjem bentar!” sahut Erick dan melangkah mendekati Rose.

“Rose, would you be my girl?” tanya Erick dan berlutut di depan Rose.

“Tu…tunggu dulu! Kamu yang…? Aku inget! Jadi itu kamu?” tiba-tiba Rose inget kejadian di Cinnamon Plaza, waktu seorang pria ngga dikenal datang kearahnya meyodorkan bunga dan nembak dia.

“Erick…”

“Would you be my girl, Princess Rose?” Erick kembali memohon.

“Aku ngga mau terima bunga pinjaman,” Rose tersenyum geli melihat penjual bunga yang datang sambil marah-marah.

“Kok tau?” tanya Erick. Tapi pertanyaannya malah disahut sama penjual bunga yang udah ada dibelakangnya.

“Heh, itu bunga bukan buat dipinjem tapi dibeli! Bayar sekarang!” si penjual bunga marah-marah. Begitu Erick mau ngomong, Rose keburu ngambil bunga mawar merah dari tangan Erick.

“Mbak, bunga ini kan sekarang milik saya karena tadi dia udah nhasih ke saya. Jadi ini milik saya.”

“E…e…?!” Erick jadi bingung. Maksudnya? Ah, sebodo sama maksudnya. Sekarang masalah sama yang jual bunga.

“Berapa sih harganya? Gw bayar sini…” akhirnya Erick mengalah. Wong bunganya udah diambil.

“Makanya klo mau ngungkapoin cinta modal dulu!” sindir Rose setelah sipenjual bunga pergi.

“Eh? Lagi itu bunga kenapa diambil gitu aja?” tanya Erick.

Kan tadi kamu yang ngasih buat aku,” jawab Rose ringan.

“Tapi aku juga minta kamu jadi pacar aku.”

Rose memainkan bunganya sambil tersenyum manis. Du gila… Manis banget! Cicip dong…

“Thanks for the rose, honey…”

What?? Honey? Rose bilang honey? Erick terkesima. Tapi akhirnya sadar juga.

“Diterima? Wah…. Makasih!!”

“Eitss..!” Rose mengacungkan telunjuknya. Erick yang udah kesenengan jadi terdiam tanpa ekspresi. “Tapi aku ngga mau Cuma satu bunga. Aku mau yang banyak,” lanjut Rose.

“Gampang! Nanti kita borong bunga-bunganya,” kata Erick.

“Tapi bukan pinjaman!” Rose mengingatkan.

Keduanya tertawa. Pasangan baru yang bahagia mungkin. Wajah Rose memerah klo ketawa, semerah bunga mawar merah. Ini rasanya klo cinta sama seseorang? Dewi cinta lagi bermurah hati sekarang.


Thanx buat Sabam yg udah ngasih ide cerita.
Ceritanya singkat az ya...