THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Thursday, January 08, 2009

"Precious"

Hari-hari kelam Frlita terus dijalaninya. Kadang dia sendiri ga tau itu gelap atau terang, yg penting hidup harus dijalanin. Tiap hari Ferlita berusaha nyenangin dirinya sendiri, yg penting dia puas, dapat kesenangan, sekalipun yg dilakukannya ga bermanfaat.

"Fer, kamu ga kuliah?" tanya teman sekost Ferlita.

"Tar aja deh, MK yg kedua. Masih ngantuk gila!" Ferlita tetap pada pembaringannya.

"Yee... Emang semalem ngapain aja non?"

"Ngeladenin cowo gila di YM. Eh, dia malah nelpon pula! Ya jadi deh tidur jam 4 pagi lagi..."

"Gila ni anak!"

"S'bodo!" Ferlita terus tertidur, ga peduli sama kuliahnya yg 'tar lagi mau UAS. Terus gitu... Suka begadang, bahkan sekali-kali dia mabok. Klo begadang yg dia kerjain contact sama sebanyak mungkin laki-laki, pacaran dunia maya trendnya. Prinsip hidupnya yaitu kebebasan. Klo ga suka ngapain dijalanin? Jalanin yg suka aja, dan kesukaannya itu suatu pola hdup yg benar-benar buruk.

Siapakah Ferlita? Ada apa dengannya? Kenapa hidupnya dipermasalahkan?
Ferlita pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki waktu SMA. Sebelumnya Ferlita dikenal dengan orang yg pendiam. Ferlita dididik dalam sebuah keluarga yg disiplin. Tapi waktu sekolah dia terjerat suatu pergaulan yg buruk, kehidupan yg serba bebas. Parahnya lagi Ferlita terjerat "sex bebas".

Ferlita sebenarnya selalu protektif sama laki-laki. Tapi dorongan sex selalu ada dalam dirinya. Waktu dia punya pacar untuk yg pertama kalinya dia ngerasa dorongan itu semakin kuat. Karena prinsip kebebasan yg dia pegang, diapun berpikir bebas melakukan apa saja termasuk sex bebas itu. Tapi setelah itu apakah dia tetap bebas? Justru dia semakin bergantung sama pacarnya. Yah, kebebasan yg membawa kepada keterikatan.

Selang beberapa waktu lamanya Ferlita putus sama pacarnya. Apakah hidupnya bisa lebih baik? Malah makin buruk, seperti yg dijalaninya sekaraqng ini. Dia emang ga percaya sama laki-laki lagi, tapi selalu main api dengan laki-laki. Klo bisa dibilang, pelacur lebih baik darinya. Ferlita? Dia ga mau jadi pelacur, tapi ingin mencoba. Mabuk jadi kebiasaannya ketika putus dulu.

Apa yg terpikirkan olehmu dengan orang yg seperti ini?
Orang seperti itu ga jarang kita temui. Tapi apakah dia akan tetap seperti itu? Akankah perubahan terjadi dalam hidupnya? (tentunya perubahan ke arah yg lebih baik)

Suatu hari Ferlita benar-benar putus asa. Dia merasa benar-benar tertekan. Dengan pola hidup yg jelek seperti itu dia sering dihantui rasa takut. Merasa kosong dan hampa. Ferlita duduk terkulai di tempat tidurnya. Keadaannya benar-benar lusuh. Mukanya berantakan habis nangis. Didepannya ada kaleng minuman keras. Tatapan matanya kosong, ga ada yg bisa menebak apa yg dipikirannya.

"Ferlita, kamu kenapa?" tanya teman sekost Ferlita. Ferlita diam...

"Dia kenapa?" tanya seorang perempuan, sebaya Ferlita juga. Bukan anak kost situ. Mungkin tamu temannya Ferlita.

"Biasa, ni anak suka gila sendiri..." Tika pergi meninggalkan Ferlita di kamarnya. Tapi Jenifer, pendatang tadi, tetap memandang Ferlita. Siapakah Jenifer?

"Hey, kamu kenapa?" tanya Jenifer pelan.

"Ngapain kamu?" tanya Ferlita yg merasa asing dengan Jenifer.

"Aku suka liat gaya kamu gitu. Boleh aku foto?" tanya Jenifer dengan maksud bergurau.

"Aneh!" kata Ferlita ketus.

"Kamu lebih aneh..." Setelah mengambil foto Ferlita yg urakan itu Jenifer meninggalkan Ferlita di kamarnya. Tapi setelah hari itu Jenifer jadi sering ke tempat Ferlita. Tika, teman Jenifer jadi heran. Waktu ditanya Jenifer menjawab "Ada yg disembunyikannya. Dia bukan Ferlita sepenuhnya"

"Maksudnya?" tanya Tika.

"Kamu tau apa masalahnya?" tanya Jenifer.

"Dia emang gitu kaliii...." jawab Tika cuek. Tapi Jenifer punya pandangan lain.

Jenifer mulai mendekati Ferlita dari hati ke hati. Maklumlah, Jenifer anak psikologi. Dia selalu bisa menebak jiwa seseorang. Banyak hal yg diceritakan Jenifer pada Ferlita, termasuk dirinya yg hampir mengalami pelecehan seksual secara fisik. Ferlita malah jadi tertarik dengan Jenifer. Setelah Jenifer selesai cerita Ferlita jadi terdorong untuk curhat.

"Jen, aku ga perawan lagi..." kata Ferlita.

"So?" tanya Jenofer dengan santai.

"Kamu ga kaget?" tanya Ferlita.

"Ngga..." jawab Jenifer enteng.

"Tapi aku jadi malu..." Ferlita akhirnya mencurahkan segala isi hatinya. Ceritanya dari kecil hingga saat ini. Waktu cerita ga ada setetes air matapun mengalir. Malah jadi Jenifer yg nangis.

"Loh? Kok jadi kamu yg nangis?" tanya Ferlita.

"Aku sedih karna kamu menahan tangis. Kamu sendiri pura-pura untuk tegar di depan aku, padahal kamu lemah. Dulu aku juga gitu..."

"Yah...."

"Itu yg bikin kamu terus begini. Pura-pura tegar, pura-pura kuat sehingga kamu jadi berpikir klo kamu kuat. Lebih baik kita mengaku lemah, dengan begitu kita akan berusaha jadi kuat,"

"Jen, apa aku salah ketemu kamu?" tanya Ferlita mengingat pertemuannya dengan Jenifer yg bikin dia comfort.

"Tuhan yg merencanakan," jawab Jenifer.

"Jen, Tuhan juga akan menerimaku kembali...?" tanya Ferlita.

"Seperti Dia menerimaku,"

"Tapi aku malu..."

"Klo kamu malu ya jangan lakukan lagi! Akui kelemahanmu, serahkan padaNya. Fer, kamu itu berharga. Tuhan ga nilai kita dari keperawanan kita, walaupun Tuhan sendiri suka kalau kita hidup kudus dan ga bercela. Tapi Dia tau kita ini manusia yg punya cela. Ga ada manusia yg sempurna selain Yesus kan? Kamu tau itu, malah kamu tau lebih banyak. Dari kecil kamu dididik untuk kenal Tuhan. Sebenarnya kamu tau apa yg harus kamu lakukan, tapi kamu yg ngerasin hati,"

"Aku sama aja dengan murtad Jen,"

"Jangan bela diri terus Fer,"

"Maksudnya?" tanya Ferlita.

"Kalau emang mau berubah, lakukanlah apa yg seharusnya kamu lakukan!"

"Aku ga kuat..."

"Siapa bilang kamu kuat? Kamu itu lemah, bahkan sangat lemah! Tapi seharusnyalah kita yg lemah ini sadar diri dan berserah sama Tuhan. Fer, kamu tau apa yg bikin aku kuat hingga saat ini?"

"Apa?"

"Kamu tau berapa harga nyawa?"

"Ga ternilai dan ga akan terbayar,"

"Apalagi itu nyawa orang yg ga bersalah. Ibarat darah yg benar-benar bersih, tanpa kotoran sedikitpun. Ga ada ditemukan di dunia seperti itu. Tapi kita dibeli dengan itu. Betapa berharganya kita. Harga kita lebih mahal dari nyawa yg ga bersalah itu. Kadang kita lupa akan hal itu. Kita lemah dan kalah dengan hasutan bahwa kita rendah. Padahal begitu mahalnya kita. Dulu aku menganggap diriku rendah. Aku jadi cuek dengan diriku sendiri. Apapun aku lakukan, toh diriku rendahan. Tapi aku ingat pengorbanan Yesus di kayu salib itu. Seharusnya aku bangga. Untuk tetap kuat aku baca Alkitab. Tanpa itu aku ga bisa apa-apa. Kamu jugha pasti tau Alkitab itu sumber dari segala pengetahuan. Semua isinya adalah yg baik, apalagi untuk mendekatkan kita pada Tuhan,"

"Hidup di dunia ini ga selamanya mulus tanpa hambatan. Aku sendiri jenuh di dunia ini. Tapi kita ga selamanya disini. KedatanganNya kelak, berjumpa dengan Yesus, hidup kekal tanpa ada sakit dan keluh kesah, itu cukup memacu diri untuk tetap berjuang. Kita beruntung karna tau ini semua. Apa kamu mau membuang percuma keselamatan yg udah kamu terima?"

"Jen, aku mau pulang..." Ferlita mulai menangis. Hatinya yg selama ini kosong terisi lagi.

"Pulanglah, Bapa menantikanmu! Dia senang hartaNya yg paling berharga kembali padaNya. Selama ini Dia mencari harta itu,"

"Makasih Jen,"

"Masih banyak lagi orang-orang yg seperti akmu, seperti aku dulunya. Bapa mencari mereka. Yesus menangis harus kehilangan mereka. Apa aku tega membiarkanNya menangis?"

Sejak saat itu Ferlita berubah total. Dia kembali pada Tuhan. Malahan setelah lulus kuliah Ferlita dapat pekerjaan yg sangat bagus. Ferlita dan Jenifer terus bersahabat. Jenifer menjalani pelayanannya melayani remaja dan anak-anak muda. Ferlita senantiasa bersedia membantu Jenifer, dalam hal apapun. Ferlita sampai saat ini belum menikah. Setiap kali ada laki-laki yg menanyakan siapa pacarnya, Ferlita selalu menjawab "Hanya satu kekasih hatiku dan Dia memiliki aku seutuhnya. Namanya Yesus. Dia ga membeli aku dengan emas ataupun uang, tapi dengan darahNya. Jangan paksa aku berpaling dariNya"

Adakah kita mengalami hal serupa? Direndahkan? Merasa tersisih? Pecundang? Atau malu dengan keterpurukan kita? KAMU BERHARGA!!! (1 Kor 6 : 20)

0 comment: